SUMENEP, taneyan.id – Pengamat pertanian memperingatkan bahwa dugaan penjebolan jalan di Saronggi berpotensi memicu gagal panen. Kondisi ini bisa berkembang menjadi krisis baru bila tidak segera ditangani.
Achmad Purwanto Hadi Kusuma, Ketua Asosiasi Petani Milenial Sumenep (APMS), menyebut insiden tersebut terjadi di area yang berdekatan dengan lahan garam dan persawahan warga. Para petani mulai merasakan aliran air yang tidak normal.
Ia menilai perubahan arus air dapat berdampak langsung pada kualitas tanah. “Jika alirannya tidak stabil, tanaman bisa mengalami stres air,” ujarnya.
Penjebolan ini hingga kini masih berupa dugaan, karena pelakunya belum diketahui. Namun dampaknya sudah mulai dirasakan para petani di beberapa titik.
Dalam kapasitasnya sebagai pengamat ekonomi pertanian, Achmad Purwanto mengingatkan bahwa potensi gagal panen akan terjadi jika masalah ini tidak segera ditangani. Respon cepat pemerintah menjadi sangat penting.
Sebagai pengamat ekologi, ia juga menekankan bahwa gangguan jalur air dapat mengubah keseimbangan ekosistem di wilayah Saronggi. Tanah di kawasan ini tergolong sensitif terhadap perubahan aliran air.
Beberapa petani melaporkan pola genangan air yang berbeda dari biasanya sejak dugaan penjebolan terjadi. Mereka berharap pemerintah segera melakukan pengecekan langsung.
Dalam kapasitasnya sebagai pengamat sumber daya alam, Achmad Purwanto mendesak instansi terkait untuk melakukan audit lapangan. “Harus dipastikan apakah benar ada penjebolan dan dampaknya terhadap lahan warga,” katanya.
Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak berspekulasi sebelum ada temuan resmi. Namun, ia menekankan bahwa investigasi harus dilakukan secepatnya untuk mencegah masalah berkepanjangan.
Hingga kini, pemerintah daerah belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan insiden tersebut. Warga Saronggi menanti langkah konkret agar lahan pertanian mereka tetap aman. (adm)













