banner 728x250

Dialog Hangat Masa Depan Kangean Lahir dari Balik Dinding Hotel The Malioboro: DPRD Bersama Mahasiswa Satu Visi Besar

Laporan: Abd. Mukit

YOGYAKARTA, taneyan.id-Sabtu siang jelang sore yang hangat di Hotel The Malioboro, ruang pertemuan tempat berlangsungnya rapat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Sumenep tiba-tiba mendadak riuh.

Saat itu, Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang juga Sekda Sumenep, Edi Rasiyadi, tengah menjelaskan hasil diskusi Pemkab dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait tata kelola keuangan daerah.

Suasana formal itu sontak berubah ketika sekelompok mahasiswa masuk dari balik pintu. Mereka adalah Mahasiswa Kangean Yogyakarta, yang secara tiba-tiba hadir dalam rapat tertutup tersebut.

Beberapa anggota DPRD dan pejabat eksekutif sempat terlihat terkejut. Namun setelah mengetahui siapa yang datang, nada forum berubah menjadi lebih cair dan terbuka.

Adalah anggota DPRD M Ramzy dan Akhmadi Yasid yang pertama kali menyambut kehadiran para mahasiswa itu. Keduanya langsung meminta mahasiswa untuk menyampaikan orasi dan aspirasinya secara langsung.

“Silakan, adik-adik bicara. Kalian datang pasti membawa kegelisahan,” ujar Ramzy yang dikenal sebagai legislator vokal dari Sumenep daratan.

“Silahkan sampaikan orasinya, 30 menit boleh,” timpal Akhmadi Yasid, anggota dewan lainnya.

Orasi mahasiswa berlangsung singkat namun tegas. Dalam pernyataannya, mereka menyampaikan keprihatinan atas ketimpangan pembangunan antara daratan dan kepulauan, terutama Kangean yang selama ini dinilai seperti “anak tiri” dalam perencanaan anggaran daerah.

“Kami ingin memastikan suara kami terdengar. Kami menolak eksploitasi sumber daya alam di Kangean. Kamu menolak survei migas,” ujar salah satu Mahasiswa Kangean Yogyakarta, yang berbicara dengan suara bergetar menahan emosi.

Yang menarik, forum tidak menolak kehadiran mereka. Bahkan, dialog kemudian dibuka secara langsung dengan pimpinan Banggar, termasuk dua legislator dari Dapil Kepulauan: Dulsiam dan M. Sukri.

“Kami bangga ada anak muda dari Kangean yang datang dan berani bicara. Itu menunjukkan kepedulian,” kata Dulsiam yang juga Wakil Ketua DPRD Sumenep.

Dalam dialog yang berlangsung hampir setengah jam, mahasiswa menanyakan secara spesifik sikap DPRD terkait survei seismik migas di Kangean. “Kita minta pernyataan tegas, terutama DPRD yang dapil Kangean, harus menolak bersama kami,” tegas mahasiswa.

Dulsiam dan M. Sukri dalam kesempatan itu secara tegas langsung memberikan penegasan, yang intinya keduanya sepaham dengan mahasiswa.

“Kita prinsipnya menerima semua aspirasi mahasiswa, kita sangat mengapresiasi. Monggo jika ada waktu bisa ngopi bareng nanti malam,” kata Dulsiam.

Tak hanya itu, M. Sukri menimpali, ingin mengajak serta mahasiswa jika nanti ada forum tindak lanjut. “Kalau bisa, setelah ini kita diskusi di Sumenep. Jangan berhenti hanya di forum ini,” ucapnya.

Rapat kemudian dilanjutkan, namun nuansanya telah berubah. Hadirnya mahasiswa seakan menjadi pengingat: bahwa anggaran bukan sekadar urusan angka, tapi menyangkut kehidupan nyata di ujung timur Madura yang kerap dilupakan.

Sebelum meninggalkan ruangan, sayangnya para mahasiswa tak sempat bersalaman dengan para anggota dewan. Mereka terlihat terburu-buru meninggalkan forum, seperti merasa tidak enak hadir ke forum Banggar secara tiba-tiba.

Namun, para anggota dewan menilainya dengan santai, seraya saling lempar senyum. Seolah mereka setuju dengan semua aspirasi mahasiswa, jauh dari batas formalitas telah yang runtuh oleh kesamaan niat: ingin melihat Kangean lebih baik. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *