Sumenep, taneyan.id – Suasana haru dan penuh kekhidmatan menyelimuti acara lepas pisah Camat Bluto, Bambang Karyanto, yang digelar di Pendopo Kecamatan Bluto, Kamis (26/6). Tak sedikit diantara undangan larut dalam keharuan: menangis seolah berat melepas sang Camat.
Acara tersebut dihadiri jajaran Forpimka Bluto, para kiai dan tokoh masyarakat, serta 20 kepala desa se-Kecamatan Bluto. Mereka hadir bersama untuk melepas Camat Bluto Bambang Karyanto yang memilih pensiun lebih awal.
Momen paling menyentuh terjadi saat pembacaan salawat qiyam, ketika Camat Bambang berdiri dan menyampaikan pamitnya di hadapan seluruh undangan. Suara bergetar, mata berkaca-kaca, dan raut wajah haru menyelimuti suasana.
Tangis pun pecah, menandai beratnya perpisahan dari sosok yang telah menjadi pemimpin dan sahabat bagi banyak pihak di Bluto.
Dalam sambutannya, Bambang Karyanto menyampaikan bahwa keputusannya untuk pensiun lebih awal bukanlah hal mudah. Namun menjadi langkah penting demi merawat ayahandanya yang kini sudah sepuh.
“Saya sangat berat meninggalkan jabatan ini. Tapi saya merasa inilah saatnya saya mengabdi kepada orangtua, terutama bapak saya yang butuh perhatian dan perawatan dari anaknya sendiri,” ujarnya dengan nada lirih namun penuh ketegasan.
Selama menjabat, Bambang dikenal luas oleh kalangan kepala desa sebagai sosok pemimpin yang tenang dan bersahaja. Meski kalem dalam pergaulan, ia sangat tegas dan profesional dalam urusan pekerjaan.
Gaya kepemimpinannya yang tidak suka mencari panggung namun selalu hadir ketika dibutuhkan, menjadikannya dihormati oleh semua lapisan.
Kepala Desa Bluto, Heni Susilowati, mengatakan bahwa seluruh kepala desa merasa kehilangan sosok Camat Bambang.
“Kami semua kades merasa sangat kehilangan. Beliau itu pemimpin yang bijak. Kalem, tidak banyak bicara, tapi kalau soal pekerjaan sangat serius dan tegas. Dan keputusan beliau untuk mundur demi merawat orangtua sangat kami hormati,” tutur Heni dengan mata berkaca.
Acara lepas pisah ditutup dengan doa bersama dan penyerahan kenang-kenangan dari para kepala desa dan tokoh masyarakat. Tangis haru kembali pecah saat para undangan satu per satu bersalaman dan memeluk Camat Bambang sebagai bentuk penghormatan terakhir dalam tugas dinasnya di Bluto.
Kini, Camat Bambang Karyanto mungkin telah meninggalkan pendopo, namun jejak pengabdiannya akan tetap hidup dalam ingatan masyarakat Bluto – sebagai pemimpin kalem yang bekerja dengan hati dan meninggalkan jabatan di puncak penghormatan. (ahy)