SUMENEP, taneyan.id – Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo menegaskan bahwa Madura Ethnic Carnival (MEC) 2025 bukan sekadar festival. Menurutnya, MEC adalah panggung pelestarian budaya sekaligus penggerak ekonomi kreatif masyarakat.
Ia menyampaikan, MEC menjadi ruang ekspresi bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitasnya. Melalui kostum dan karya seni, budaya lokal bisa tampil dengan wajah baru namun tetap berakar pada tradisi.
“Carnival ini harus dimanfaatkan generasi muda, terutama yang mencintai dunia fashion,” ujar Fauzi. Ia berharap MEC memunculkan desainer-desainer muda yang berani bereksperimen dengan budaya Madura.
Bupati menambahkan, MEC bukan hanya ajang hiburan semata. Festival ini juga menjadi sarana transformasi budaya agar tetap hidup di tengah arus modernisasi yang semakin deras.
Selain budaya, Fauzi menekankan pentingnya dampak ekonomi dari gelaran MEC. Ribuan pengunjung yang hadir diyakini mampu mendongkrak transaksi bagi pelaku UMKM lokal.
“MEC memberikan efek konkret terhadap ekonomi berbasis budaya,” tegasnya. Ia menyebut keterlibatan UMKM sebagai bukti nyata sinergi antara budaya dan ekonomi kreatif.
Acara tahunan ini diinisiasi oleh Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS). Dukungan jurnalis ini, kata Fauzi, menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga kearifan lokal.
Ketua KJS, M. Hariri, menuturkan MEC membawa semangat kolaboratif untuk memperkuat identitas budaya Madura. Ia berharap MEC bisa menjadi ikon budaya yang dikenal luas.
Panitia juga menyiapkan berbagai hiburan untuk memeriahkan acara. Mulai dari musik tong-tong, kolaborasi band rock dengan kalenengan, hingga penampilan bintang tamu.
Hariri menambahkan, peserta MEC tidak hanya dari Madura. Kreator dari Jember, Malang, Bondowoso, hingga Surabaya ikut ambil bagian dalam festival ini.
“Kami berterima kasih atas antusiasme para peserta dari berbagai daerah,” ujarnya. Ia menilai hal itu membuktikan MEC sudah menjadi magnet budaya lintas wilayah. (mkt)